Senin, 24 Januari 2011

Ibuku buta sebelah mata........

Ibuku hanya punya satu mata
Aku benci dia... dia begitu memalukanku

Dia memasak untuk murid dan guru guna mencukupi kebutuhan keluargaku

Suatu hari saat aku di sekolah dasar, ibu mendatangiku dan mengucap salam padaku

Aku begitu malu saat itu....
Bagaimana dia bisa melakukan itu padaku didepan teman-temanku?!

Aku abaikan dia dan melemparkan pandangan benci padanya sambil lari

Esok harinya, salah seorang teman kelasku mengejekku dengan mengatakan
Eeee, ibumu hanya punya satu mata....!

Aku malu sekali dan ingin mati rasanya
Aku juga ingin ibuku pergi dari kehidupanku

Aku bertengkar hebat dengan ibuku dan kukatakan padanya:
Kalau ibu hanya jadi sumber bahan tertawaan teman2ku, mengapa ibu tak mati saja!

Ibuku tak menjawab....!!!

Aku sama sekali tak mau berpikir tentang apa yang kukatakan
Karena aku sangat marah padanya..

Aku tak pedulikan apapun perasaan dia

Aku ingin keluar dari rumah itu....!

Jadi aku belajar dengan keras agar aku mendapat kesempatan belajar diluar negeri

Kemudian aku menikah 
Kubeli rumah
Aku punya anak dan aku hidup bahagia

Suatu waktu ibu mengunjungiku
Dia bertahun-tahun tak melihatku dan bahkan belum pernah bertemu cucu2nya

Ketika ibu berdiri di depan pintu,
Anak-anakku menertawakannya

Aku berteriak padanya: "Betapa beraninya kamu datang ke rumahku
Dan menakuti-nakuti anakku
PERGI DARI SINI SEKARANG!!"

Ibuku menjawab pelahan
"Maaf... saya salah alamat"
Dan diapun pergi

Suatu waktu, ada undangan reuni dikirimkan ke rumahku

Jadi aku berbohong pada istriku
Kukatakan bahwa aku ada tugas keluar kota

Usai reuni, aku mampir ke kampungku untuk sekedar rasa ingin tahu

Salah seorang tetanggaku mengatakan bahwa ibuku telah meninggal dunia

Aku tak terharu ataupun meneteskan air mata...!

Tetanggaku itu menyerahkan sepucuk surat dari ibu untukku

"Anakku tersayang...... Aku memikirkanmu setiap waktu...
Maafkan aku datang ke rumahmu dan membuat takut anak2mu
Aku sangat gembira ketika kudengar kau akan datang ke reuni
Tapi sayangnya aku tak bisa bangkit dari tempat tidur untuk melihatmu
Maafkan aku yang membuat malu kamu saat kita masih bersama
Ketahuilah anakku......
Ketika kau masih kecil, kau mengalami kecelakaan yang membuatmu kehilangan matamu
Sebagai ibu, aku tak bisa berdiam diri membiarkanmu tumbuh dengan 1 mata saja
jadi.... kuberikan 1 mataku padamu
Aku sangat bangga pada anakku yang telah memperlihatkanku dunia baru untukku
Ditempatku, dengan mata itu
Bersama cintaku.....
IBUMU....."

Cinta Seorang Ibu...

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya.
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.

Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam 
dan banyak lagi.
Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon 
kepada Tuhan: 
“Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”.

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. 
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja untuk diadili dan dijatuhi hukuman pancung.
Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu, dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan... 
“Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya.”

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. 
Tapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalani hukuman.

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. 
Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. 
Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong menyaksikan hukuman tersebut. 
Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya.
Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba...
Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang.
Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah.
Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat. 
Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah.

Tahukah Anda apa yang terjadi?
Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah...
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, 
dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. 
Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan.
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng. 
Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya Betapapun jahat si anak, 
ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya.

Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu, 
karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini.
Sesuatu untuk dijadikan renungan untuk kita.
Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang t ida k bisa dinilai dengan apapun.

There is a story living in us that speaks of our place in the world.
It is a story that invites us to love what we love and simply be ourselves.

Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati
Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan
Gunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak akan bisa diputar kembali

Jewelry